Latest Free Templates

Senin, 21 Desember 2009

Fanfic. Nega - This is Love

Title : This is Love
Author : Saia
Fandom : Jrock Nega
Pairings : Jin x San
Genre : Romance
Chapter : 1/2
Rating : All of u
Disclaimer : Fanfic ini adalah hak cipta sepenuhnya ada pada Saia, so Please NO rabbing unless you have my permission! Sankyuu^^:
Note : Fyuh! Akhirnya selese jg ni penpik, *kipas-kipas*
Fanfic ini terinspirasi dari Movie Warkop (Dono,kasino Indro) dan sebuah lagu yg gak tau apa judul nya n siapa penyanyinya cz Saia cuma kebetulan ja denger di radio dan dibumbuhi sedikit dg film mini seri yg gak sengaja q tonton saat liburan XDDDDD *padahal q gak begitu demen ma semacam sinetron2 gitu, tp gak tw napa pas ketemu ni film Saia jd tertarik nonton X3*. Enjoy it!

###

Jin memandang dosen matematikanya yg sedang menulis dipapan tulis dengan tatapan kosong. Pikirannya menerawang jauh entah kemana. Sedetik kemudian tampak wajah San yg tersenyum manis terpancar dari papan tulis.

“San?...”. *kucek2 mata*.
“Haa-ah, cuma halusinasi ku saja rupanya…”. Jin memandangi papan tulis yg kini kembali normal. Dia balik memandang buku catatannya yg tiba-tiba muncul wajah San lagi di sana.
“astaganaga~, kalo gini terus aku jadi gak bisa konsen ni”. Jin berdiri dari bangkunya dan mengacungkan tangan kanannya.
“ya, kenapa Jin?”.
“maaf pak, saya mau ijin pulang duluan soalnya ambean saja kumat ni pak”. Kata Jin asal.
“ya sudah, kau istirahat saja di rumah”.
“terima kasih pak”.
Jin segera memberesi buku dan alat tulisnya lalu bergegas keluar kelas. Ray memandang kepergian Jin sambil geleng-geleng kepala. “Dasar bocah sarap”.

Jin tidak langsung pulang ke rumah, dia berbelok ke warung angkringan langganannya.
“masih pagi kok udah pulang mas? Bolos kuliah ya?”. Selidik sang pemilik angkringan.
“mau tau aje lu, pesen kayak biasa bang, pizza isi tuna, keju, sosis, wortel,sawi,super pedes sama es copyor dua ya?”.
“Beres bos!”.

Jin membuka HP nya mencoba mengirim pesan singkat pada San
Hi San, lama gak ketemu, gimana kabar mu?
“kok gak dibales-bales sih!”. Jin marah-marah sendiri.
“yaelah mas, kan sms nya barusan lima detik yg lalu, butuh waktu kan buat ngetik balasannya”. Jin memandang mandor angkringan itu dengan sebal.
“kelamaan…”. Jin langsung menelpon San, tapi hanya nada mbak tut-tut yg menjawabnya.
“kenapa gak diangkat sih?”. Jin mencoba sampai tiga kali tapi tetap tak ada sahutan. Dengan sebal dan penasaran Jin melahap pizza nya dengan masam.

“Yang sudah berlalu, biyarlah berlalu, jangan sampai terperangkap dalam masa lalu, kalau terlalu dipikirin tar bisa makan hati, karna cinta itu gak harus saling memiliki, kembalilah semangat menatap masa depan, dan mengejar mimpi mu hingga akhir zaman”. Bang angkringan mulai memperagakan puisi nya dengan penuh perasaan yg mendalam. Jin sampai melongo di buatnya.
“puisi baru lagi rupanya,,,”. Jin meneguk habis es kopyor keduanya.
“aku ikut prihatin atas bencana yg menimpa mu,nak…”. *tepuk2 punggug Jin sampai Jin hampir tersedak*.
“emang gue kena semburan gunung meletus?!”. Seru Jin, yg membuat Bang angkringan tersontak mundur. Namun beberapa saat kemudian Jin sudah kembali tenang.
“Terimakasih atas saran dan kritiknya bang, untuk saaat ini akan saya tampung dulu”.

Jin kembali melanjutkan perjalanan nya kerumah, saat membuka pintu rumahnya dia langsung terpeleset kaget setengah mati melihat Ray sudah duduk manis di ruang tamu, tangan kirinya memegang koran terbitan hari ini dan secagkir kopi hangat ditangan kanannya. Menyeruput kopinya dg damai.
“Wah, sudah pulang kau rupanya”. Katanya santai.
“apanya yg sudah pulang?! Justru aku yg mestinya tanya sejak kapan kamu ada di rumah ku? Perasaan kamu tadi ikut kuliah deh!”. Jin menyambar kopi Ray dan meneguknya sampai habis.
“waduh, habis narik ojek bang? Sampe dehidrasi gitu”. *giggles*.
“kamu nyolong kunci rumah ku ya?”. Tuduh Jin. “ano~, lebih tepatnya menduplikatnya tanpa sepengetahuanmu..”. *tendang*.
“lo ngapain sih pake acara mbolos gak ajak-ajak aku pula?”. Tanya Ray ganti poles Jin.
“daripada gak konsen kuliah, mending aku pulang aja”. jawab Jin meninju lengan Ray.
“pasti masih gara-gara permasalahan yg sama kan? dasar bodoh! Sesulit itukah nglupain dia?”. Ray acak-acak rambut Jin.
“lo tu emang gak pernah tau perasan gue ya?!”. Jewer-jewer kedua pipi Ray sampai molor memerah.
“stop-stop-sto~p! Wajah gue bisa berubah jadi anjing klewer ni”. *elus2 pipinya*.

“Gue tau gimana perasaan lo, tapi jangan pake acara penganiayaan gini dong! Btw lo udah coba semua jurus-jurus yg udah gue turunin ke lo seminggu yg lalu tu belom?”.
“Udah! Mulai dari ketempat mbah dukun, maen bola pe bola satu keranjang cebol semua, minum obat tidur ampe over dosis, nyelem di sumur, liat cewek-cewek seksi di pantai, sampai hampir mati babak belur digebukin orang dah gue jalanin tapi tetep aja wajah San selalu nampang di jidat gue…”.
Ray menyamarkan suara kikik nya dg batuk-batuk kecil.

“kalo gini terus lama-lama aku bisa harakiri ni bro…”. Kata Jin pelan.
“apa?!lo mau kebiri?!!!”. Ray berteriak histeris *dilempar ulek-ulek*.
“ehem! Gue tau lo maksud hara-kiri kan? tapi masa depan mu masih panjang Jin, karier mu menjanjikan! Mahasiswa teladan, idola para cewek di seluruh kampus di Jepang, penyanyi top yg sedang bersinar abad ini dan yg terpenting lo punya temen terbaik kayak gue ini, sayang banget kan kalau ditinggalin begitu aja!”.
“teman terjelek maksud lo?”.
“Terserah lo mau bilang apa pokoknya lo jangan langsung ambil jalan pintas gitu aja bro!”.

“Aku benar-benar bingung, apa ada yg salah saat aku mempertemukan San dg ayah dan ibu? Kenapa dia tiba-tiba langsung mutusin aku tanpa alasan gak jelas gitu…”.
“Maksud lo, lo berniat mau nikahin San gitu?”.
“Aku benar-benar yakin bahwa San adalah cinta sejati ku, karna itu ku pikir tidak ada salahnya kan kalau aku mempertemukannya dg kedua orang tua ku?”.
“apa kamu sudah bilang sebelumnya dg San?”. Tanya Ryuu menyalakan pipa rokonya yg datang entah darimana kemudian mengatupkan kedua tangannya, siap mendengarkan kelanjutan kisah Jin.
“tidak, aku tidak memberitahu San sebelumnya, karna aku ingin buat surprise”.



_TBC_








“Klonteng-klonteng-klonteng-teng-teeeng-teeeeeeng…..”. Ray menggoyang-goyang lonceng besar di depan pintu rumah San.
“sepertinya San tidak ada dirumah”. Kata Jin sambil mengintip dari gorden jendela yg sedikit terbuka.
“Iya, sepi banget ni! kalo gitu kita langsung meluncur ke rumah Yuu aja gimana?”.
“Ok!”.
Saat mereka bersiap pergi tiba-tiba Yuu mendatangi mereka.
“Yuu!”. Seru Jin.
“Jin, akhirnya gue nemuin lo juga..”. Kata Yuu lega.
“yg bener, akhirnya kita nemuin lo juga”. Potong Ray.
“Jadi, sekarang San ada di mana Yuu?”. Tanya Jin panik.
“itu dia, sejak San putus dari mu dia benar-benar memprihatikankan…”.
“apa maksud mu? Bukannya sekarang kaliyan dah jadian ya?”. Tanya Jin bingung.

“Sebenarnya, San meminta ku pura-pura jadi cowok nya biyar kamu gak menghubungi dia lagi, dan akupun setuju karna kupikir dg jalan itu hati San bisa agak tenang dan berhenti minum-minum…”.
“Minum?!”. Seru Jin dan Ray bersamaan.
“cewek imut baik hati dan selugu San, minum?”. Teriak Ray tak percaya.
“ya begitulah, San sering mabuk sekarang dan keadaannya makin hari makin parah, aku sudah tak sanggup lagi untuk menghentikannya, dan kupikir hanya kau yg bisa melakukannya Jin…”.

Pintu café menjeblak terbuka. Seseorang berjalan cepat menuju seorang gadis yg sedang asyik menikmati botol-botol anggurnya.
“Tambah satu botol lagi...”.
“tapi kamu udah mabuk San, berhentilah dan segeralah pulang”.
“Kamu mau semua botol-botol anggur kebanggaanmu itu hancur lagi ya?! Atau mau café mu sepi pengunjung karna tiap hari aku buat keributan disini?! Hah?!!!”.
“eh, ya- satu botol lagi kurasa tidak masalah”. Dg terpaksa bartender mengambil sebotol Vodka lagi untuk San. San bersiap meminumnya ketika tiba-tiba seseorang merebut botol itu dg paksa.

“Yuu! Sudah kubilang aku gak mau pulang!kamu pulang aja sendiri…”.
“San, Lihat aku! apa yg telah kau lakukan hah?!”. Jin berteriak marah.
“Jin? Kau…”. Kata San kaget.
“Mas, chocolate dingin pake es batu yg banyak ya?”. Pesan Jin.
“I,iya mas…”. Jawab bang Bartender kaget.
“Kenapa kau kesini? Siapa yg menyuruhmu?!”. Tanya San Sebal.
“Oh, jadi ini kerjaan mu tiap hari? Minum-minum dan buat kekacauan!”.
“Itu bukan urusan mu!”. San memandang Yuu dg tajam.
“ Heh! Yuu, kenapa kau diam saja? Cepat usir pengganggu ini!”.

Yuu dg santai malah duduk disamping Ray dan meminum whisky nya dg tenang.
“jadi sekarang kau berpihak pada Jin rupanya!”.
“ini bukan masalah siapa berpihak pada siapa, kita semua datang kesini karna ingin menolong mu San..”. kata Jin prihatin.

“Hah! menolong? kau malah makin memperburuk keadaan Jin!”.
“San, apa maksud semua ini? kalau memang semua ini gara-gara kesalahan ku, ceritakanlah pada ku, jangan kau tiba-tiba menghilang begitu saja lalu berubah menjadi seperti ini…,ini bukanlah San yg dulu ku kenal…”.
San tertawa terbahak. “kau masih belum mengerti juga Jin?!”. Menatap Jin dg sengit.
“Ha-ha! Katanya kau mahasiswa teladan, tapi ternyata blo’on juga!.”
“San, kau sudah sangat mabuk, ayo kita pulang…”. Jin menarik lengan San, tapi San mencoba berontak.
“Siapa lo? lo gak berhak ngatur-ngatur gue! Pergi!!!”. *Claps*. San meringis menahan perih tamparan Jin yg mendarat tepat di pipi kanannya. Suasana café langsung sepi senyap, semua pandangan tertuju ke arah mereka.

“San, maafkan aku…, tapi kurasa hanya ini satu-satunya cara agar kau bisa sedikit tenang..”. Jin memalingkan mukanya tak ingin melihat airmata San yg sudah mengenang dikedua bola matanya.
“sekarang kau sudah puas hah?! sudah cukup puas dg membuat hidup ku makin menderita!”. San tak kuat lagi menahan luapan perasaan sakitnya, perlahan airmata mulai mengalir di kedua pipinya.
“Jin, apa kau tau? Setelah aku bertemu dg kedua orang tua mu, aku jadi berfikir dan mulai tak tahan membayangkan kehidupan ku bila aku selalu berada di sisi mu, dengan segala kehidupan mu yg mewah, keluarga mu yg terhormat, dan berhadapan dg fan-fans ganas mu yg setiap hari mengerubungi mu, aku gak mau hanya jadi pesuruh yg selalu taat mengekor kemana pun kau pergi!”.

Jin menggenggam erat tangan San. Ditatapnya wajah San dengan pandangan sayu. “San, aku sangat mencintai mu lebih dari apapun di dunia ini…aku yakin semua kekhawatiran mu itu akan musnah bila kita tetap saling percaya dan mencintai…”. Suasana hening sesaat.
“tapi kalau memang kau tidak bahagia bersama ku, akupun tdk akan memaksa….,kau boleh pergi ,San…”.

San menatap Jin dg perasaan bimbang, airmata makin deras mengalir di pipi nya…, dg cepat San memalingkan mukanya, melepas genggaman erat Jin, berbalik dan berlari keluar café. Jin tampak merana melihat kepergian San, di teguknya es coklat nya sampai habis.

“Apa kau yakin dengan keputusan mu itu?”. sesosok pria berjaket coklat panjang dg topi kotak-kotak yg serasi dg jaketnya berdiri memunggungi San. San sempat kaget dg kemunculannya yg tiba-tiba. Pria itu membalikkan tubuhnya, menatap San dg tajam sambil mengepulkan asap dari pipa rokoknya.

“Ray?”. San makin kaget dg sosok di hadapannya.
“San, aku tau bagaimana perasaanmu saat ini…”. Ray memandang ke langit, pandangannya seakan menerawang dibalik awan yg mengumpal bergerak beriringan dg perlahan.
“aku punya seorang adik perempuan yg sangat kusayangi, tiga bulan yg lalu dia datang pada ku dg wajah berbinar dan mengatakan bahwa dia akan segera menikah. Aku sangat senang mendengarnya, tapi di satu sisi aku merasa tidak rela bila dia pergi meninggalkan ku, aku sempat berpikir… untuk apa sih dia menikah? Kan masih ada aku yg bisa selalu di sisinya dan melindungunya? aku ingin dia tetap bersama ku…, tapi kemudian di sisi lain aku juga sadar bahwa adik ku juga punya kehidupan sendiri yg harus dia lanjutkan, kalau aku menghalanginya sama saja dengan mengubur semua harapan dan masa sepannya. Karna itu hati ku pun menjadi sangat lega saat melihatnya menikah dan kini hidup dg bahagia….”.

San tertunduk berpikir sejenak.
“kau pun juga harus melanjutkan hidup mu San, dalam kehidupan itu pasti ada resikonya, kita harus berani menghadapinya dg berani, apapun akibatnya bila itu baik untuk kehidupan kita selanjutnya kenapa kita tidak berusaha memperjuangkannya?”.
San menatap Ray penuh arti…,
“Jin itu anak yg baik, dia benar-benar serius dg mu, aku yakin bila kaliyan saling mencintai apapun halangan di masa depan pasti akan mudah untuk kaliyan lewati, percayalah”. *wink*.

“tapi sekali lagi, seperti yg tadi sudah dikatakan Jin, aku pun juga tdk mau memaksa mu, kalau kau memang merasa bahagia dg terus membohongi perasaan mu kau boleh pergi, aku hanya ingin mencoba membantu mu San…”.
“Ryu…”. San mengambil nafas dalam-dalam.

Tiba-tiba pintu café tebuka terlihat wajah Jin yg kesakitan, di sampingnya Yuu merangkul Jin membantunya agar bisa tetap berdiri tegak.
“Jin? Kenapa kau?”. Ryu bertanya kaget.
“gak tau ni, habis minum ice coklat tiba-tiba dia jadi kayak tercekik gini”. Jawab Yuu.
Jin mencoba untuk berbicara, tapi kemudian dia mengerang kesakitan, tangan nya yg bebas memegang tenggorokannya yg seakan menusuk tajam di lehernya.
“jangan bicara dulu Jin, sepertinya kamu tersedak sesuatu…”. Kata Yuu.
“oh, cepat bawa Jin ke rumah sakit!”. Seru San panik.
Mereka bersama-sama membantu Jin naik pick up milik Yuu. San menemani Jin di bak belakang. Sementara Ryu dan Yuu duduk di didepan.

“Jin, kau tersedak apa? kenapa bisa sampai seperti ini?”. tanya San panik, memangku tubuh Jin dan menatapnya takut bila sesuatu terjadi padnya. Jin yg tidak bisa bicara berpantomim dg tangannya.
“oh, biyar ku tebak, saat kau minum er.., ice coklat tadi itu ya?”. Jin manggut-manggut.
“ok! jadi saat kamu minum tadi kamu langsung tersedak karna…”. Jin mengatupkan jari tangannya membentuk seperti huruf ‘O’.
“maksud mu.. Es batu?”.
Jin menjentikkan tangannya.
“pasti es batu itu sangat tajam apalagi kau meminumnya dg terburu-buru kan?”. Jin memandang San dg sayu mencoba bicara tapi tak ada suara yg keluar dari mulutnya.

“Jin, aku yakin e situ bisa dikeluarkan! Bertahanlah!”. San menggedor-gedor jendela dinding kursi sopir.
“Ryuu! Cepetan donk nyupirnya!”.
“iya, iya ini juga udah gas penuh”.
“ Harusnya kamu beri ferari Yuu, jgn beli kura-kura ginian”. Ejek Ryu.
“udah untung ya gue pinjemin pick up, lo mau Jin mati menggelepar di jalanan?”. Jawab Yuu asal.
“Oi! Jangan ribut sendiri! Cepat nyopirnya!”. Seru San kesal.

San tidak tega melihat Jin yg kesakitan.
“Jin, jangan memandang ku seperti itu, ini tidak akan lama lagi, rumah sakit sudah dekat, aku sangat mencintai mu Jin, karna itu ku mohon bertahanlah…”. San memandang Jin dg mata berkaca-kaca.
Tiba-tiba Jin tersedak seperti ingin muntah.
“Oh, tunggu! Sini biyar kubantu…”. San menepuk-nepuk dada Jin yg langsung terbatuk dan sesuatu tiba-tiba meluncur keluar dari mulutnya.
“oh, jadi cincin berlian ini yg tadi membuatmu tercekik?”. San memungut cincin yg tadi menggelinding keluar dari mulut Jin.
“apa kau menyukai cincin itu San?”. Tanya Jin tiba-tiba.
“eh?”. San kaget mendengarnya.
“maksudmu, cincin ini untuk ku?”. San memandang Jin tidak percaya.
“ya, jadi…maukah kau menikah dengan ku?”.
San menatap Jin dg berbinar, tersenyum bahagia dan dg yakin menganggukkan kepalanya.

“Trimaksih ya Tuhan!!!”. Jin memeluk erat San.
“Fyuh! syukur, semua berakhir menyenangkan”. Ryuu bersiul senang.
“oi-oi! Jangan berbuat macam-macam di pick up gue ye?!”. Teriak Yuu.
Jin dan San tertawa terbahak. Mereka saling pandang bahagia.


_FINISH_


Tidak ada komentar:

Free Blog Templates

gazejogja-1412.blogspot.com

gazejogja-1412.blogspot.com