Latest Free Templates

Jumat, 01 Oktober 2010

Fanfic. Vidoll- I Wanna Love (Chap.6)

Title : I Wanna Love
Author : Rechun a.k.a Reiru
Fandom : Jrock Vidoll
Pairing : Belum tau, karna masih dalam proses XD
Chap : 6/7end
Genre : Romance, Humor
Rating : General
Note : Untuk siapa saja yg secara sengaja maupun secara tidak sengaja menemukan dan membaca penpik ini, diharapkan untuk memberi komen dan sarannya, (komen bisa ditulis di CBox) walaupun itu hanya sepatah kata atau satu huruf itu sangat berharga bagi saia untuk mengetahui seberapa besar minat teman2 pada penpik2 geje saia ini. Trimaksih.

###

“ayo,ayo tambah lagi!”. Teriakan dan tepuk tangan bergemuruh di sebuah bar yg bertambah rame saat malam makin merambat naik.
Rame meneguk botol alkoholnya sampai yg kesekian kalinya.
“masih kuat kau gadis cilik?!”. Beberap orang tertawa terbahak.
“tentu saja! ayo tambah lagi botolnya!”. Rame sudah merasa mual, kepalanya terasa pusing berputar dg hebat.
Beberapa detik kemudian Rame membuka matanya perlahan, mengkucek-kucek matanya yg masih mengantuk. Memandang sekeliling.
“eh? bukannya semalam aku ada di bar..siapa ya yg membawa ku pulang…”.
Rame bangun, dipijit kepalanya yg sedikit pusing lalu berjalan membuka jendela kamarnya, membiarkan sinar matahari pagi itu menerangi kamar dan wajah nya yg sembab karna menangis semalam. Di hirupnya udara pagi yg sejuk itu untuk menghilangkan seluruh kepenatannya.
Tapi kemudian Rame terlonjak kaget saat melihat Jui meringkuk dan tertidur dg pulas di balkon, tampak bulu sayap hitam Jui berserakan di sekelilingnya.
“astaga! Sejak kapan kelinci sial ini tidur? Bukannya selama ini dia selalu terjaga dan tdk pernah tertidur sekalipun?”. Rame mengamati wajah Jui yg masih tertidur, ada sedikit rasa iba di hatinya.
“tidak,tidak! Jui adalah musuh utama ku! Aku tdk boleh merasa kasihan padanya!”. Katanya dalam hati. Rame langsung turun ke dapur membuka kulkas mencari sesuatu untuk sarapan pagi ini.
“Buju bushyet! Perasaan baru kemarin aku beli sebotol susu, keju ma roti kok udah pada amblas gini?!”. Rame melambai-lambaikan botol susunya yg kosong tak bersisa.
“apa mungkin aku makan semua gara2 sebel semalem ya…” Rame mengernyitkan keningnya.
“ya sudahlah, belanja lagi aja..”. Rame melihat jam dinding di dapur yg menunjuk pukul.10.00
Dia bergegas mandi lalu pergi menuju ke swalayan di dekat rumahnya. Sementara Jui yg masih terkantuk-kantuk mengawasi kepergian Rame dari atas balkon kamar Rame.
“ha? Rame…Mau kemana dia?”.
Selesai membeli berbagai bahan makanan, dia dikejutkan dg kedatangan Shun yg sudah menunggunya di depan swalayan.
“Shun..?”. Kata Rame heran.
Shun segera mengajak Rame ke café yg tidak begitu jauh dari swalayan.
“Shun, kenapa kau ada disini?”. Rame memandang Shun yg menyembunyikan seragam sekolah dibalik mantel hitam nya.
“tadi sih pamit sama orang rumah mau sekolah tapi gak jadi, kamu sendiri jg bolos kan?”. Jawabnya tersenyum.
“aku…,aku mau keluar dari sekolah…”. Rame tertunduk lesu.
“he? Kau serius?”. Tanya Shun kaget.
“ya, setelah kupikir-pikir kalo aku terlalu lama berada di sekeliling Giru itu akan membahayakan nyawa Giru, dan aku tidak mau peristiwa kemarin menimpa Giru lagi…”.
“kau jangan termakan omongan Mika dan Tero Rame, ini semua bukan hanya kesalahanmu”. Shun memandang wajah Rame yg terlihat merana.
“apa kau sudah bilang pada Yukine dan Hyde?”. Tanya nya lagi.
Rame menggeleng pelan. “kalau aku bilang pada mereka, mereka pasti akan melarang ku pergi, karna rencana hari ini aku juga akan pulang ke Hokaido…”.
“Rame tan, jangan buru-buru mengambil keputusan seperti itu…ayah mu pasti sangat kecewa kalau kau tiba-tiba keluar dari Vidooru, ayahmu sudah berusaha keras untuk bisa membiayaimu disekolah favorit ini kan?”. Bujuk Shun.
“aku tau, tapi aku tdk egois Shun.., aku tdk akan mau menukar nyawa Giru dg kebahagiaan ku, lebih baik aku yg mengalah…aku tdk ingin melihat Giru terluka lagi…”. Rame terisak, perlahan air mata menetes dipipinya. Shun mengusap pelan pipi Rame dg jari tangannya.
“Rame yg ku kenal adalah seorang gadis periang dan penuh semangat…”. Shun tersenyum lembut sambil menggenggam kedua tangan Rame.
“keadaan Giru sudah mulai membaik, mungkin beberapa hari lagi dia sudah diijinkan pulang oleh dokter”.
“syukurlah…”. Rame mencoba tersenyum tapi malah air mata yg kembali menetes dipipi merahnya.
“Rame, dengarkan aku…”. Shun menatap tajam Rame.
“ceritakan semua permasalahanmu…aku akan siap membantu kapan pun kau butuhkan, kau tdk bisa terus terpuruk seperti ini Rame, menyalahkan dirimu sendiri seolah-olah kau pelaku utama semua kejadian ini…,kita bisa mengatasinya bersama-sama”.
“tidak, tidak bisa Shun…”. Rame melepaskan genggaman tangan Shun, mengusap air matanya.
“Ayolah Rame! aku tdk ingin melihat mu menderita seumur hidup mu, ijinkan aku untuk menolongmu…”. Bujuk Shun.
“trimakasih Shun, kau baik sekali… tapi aku tdk ingin melibatkan mu, aku takut kalau kau juga mengalami hal yg sama seperti Giru…”.
“tapi…”. Shun memandang Rame penuh harap.
Rame bangkit dari tempat duduknya. “aku harus pergi Shun, trimakasih atas semua bantuan mu, aku tdk bisa terus tinggal disini…”. Rame memandang Shun dg mata berkaca kaca.
“ Rame tan, jangan segan-segan untuk minta bantuan pada ku, kapan pun kau butuh seorang teman aku akan selalu ada untuk mu…”.
“ku rasa masalah ini hanya aku yg bisa menyelesaikannya, tapi aku pasti akan sering2 memberi kabar pada mu…,sekali lagi trimaksih banyak Shun”. dg berlinang air mata Rame membungkukkan badannya berjalan cepat meninggalkan Shun.
“Rame tan…”. Shun terduduk lesu memandang sehelai bulu hitam yg terbang rendah tertiup angin.
Dalam perjalanan Rame menyempatkan diri kerumah Yukine dan Hyde, menyelipkan sebuah surat dimasing-masing pintu rumah mereka. Kemudian pergi ke game center langganannya menamatkan beberapa permainan dg penuh semangat. Wajahnya terlihat sedikit ceria setelah bermain seharian.
“Game memang cara paling memuaskan untuk menumpahkan semua kemarahanku pada kelinci sial itu!”. Seru Rame.
“Hidup Rame!”. Seseorang berbadan ala Ade Rai mengangkat tangan kanan Rame, mengelu-elukannya karna berhasil mengalahkan gamer sejati Tokyo dalam game karate.
“yei! Hidup Rame!!!”. Semua penonton yg menyaksikan pertandingan game tadi ikut berseru meneriakan namanya.
Hari beranjak sore. Dipandangi arloji nya yg menunjuk pukul 15.00.
“oh, aku harus bergegas sekarang!”. Rame buru-buru pamit pada semua pendukungnya dan berjalan cepat menuju rumah.

###

Rame memasukkan baju dan barang-barang nya kedalam koper, meraih sebuah bingkai foto di atas meja belajarnya. Terlihat disana poto Rame dan Giru yg sedang beradu mulut dg wajah penuh benci.
“jepretan Yukine lumayan juga…”. Rame tersenyum sesaat, menutup bingkai poto itu dan meninggalkannya tetap tergeletak diatas meja .
“bip,bip,biiip..”. terdengar ponsel Rame berdering.
“moshi-moshi…”.
“Rame, ayah baru saja telpon ke sekolah mu, mereka bilang hari ini kau tdk masuk sekolah dan tidak ada libur selama seminggu ini seperti yg kau bilang ditelpon siang tadi…kenapa kau bohong dan bilang mau pulang karna sekolah sedang libur,hah?”. Terdengar nada jengkel ayahnya di ujung telpon.
“maafkan Rame ayah, tapi saat ini Rame sedang ingin menenangkan diri…ijinkan Rame pulang ayah…”. Kata Rame pelan.
“kau ini kenapa nak?”. Nada bicara ayah Rame berubah jadi khawatir.
“maaf, Rame sama sekali tdk bermaksud membuat ayah khawatir…”.
“ya sudah, cepatlah pulang hati-hati ya”.
Rame mematikan Hp nya, menutup koper besarnya, mengenakan mantel merah mudanya, kemudian dia mencari-cari sesuatu. Diajak-ajaknya isi laci meja dan mengintip dibawah tempat tidurnya.
“alat ini keren juga…, Manusia memang hebat dalam bermain musik ya?”. Jui bersandar santai dipintu kamar Rame, sebuah head phone merah muda tergantung di lehernya..
Rame mendesah kesal. “mana wortel2 mu? Kau tdk membawanya sekaliyan?”. Tanya Rame acuh.
Jui bersendawa keras. Dengan muka cemberut Rame menabrak Jui saat melewatinya keluar kamar.
“Hei!”. Jui mengelus-elus sikutnya yg memar terkena kusen pintu.

_TBC_



Tidak ada komentar:

Free Blog Templates

gazejogja-1412.blogspot.com

gazejogja-1412.blogspot.com