Title : I Wanna Love
Author : Rechun a.k.a Reiru
Fandom : Jrock Vidoll
Pairing : Belum tau, karna masih dalam proses XD
Chap : 5/?
Genre : Romance, Humor
Rating : General
Note : Untuk siapa saja yg secara sengaja maupun secara tidak sengaja menemukan dan membaca penpik ini, diharapkan untuk memberi komen dan sarannya, (komen bisa ditulis di CBox) walaupun itu hanya sepatah kata atau satu huruf itu sangat berharga bagi saia untuk mengetahui seberapa besar minat teman2 pada penpik2 geje saia ini. Trimaksih.
###
“bener-bener dah tu kelinci! Usahanya menjauhkan ku dg Giru memang nyebelin bgt!, hari ini saja dia sudah buat aku meninggalkan buku-buku pelajaran ku sampe aku gak jadi berangkat ke sekolah bareng Giru, trus Giru terjatuh dari sepedanya saat aku berusaha untuk menyapanya, yg ke tiga tim sepak bola sekolah kalah gara-gara aku nonton pertandingannya?”. Rame menggeleng-gelengkan kepalanya.
“enggak,enggak…kalau yg itu bukan gara2 aku, tapi dalam permainan
“wah! Kalau itu pasti gara2 kelinci sialan itu tuh!”.
“gimana? Baguskan pertandingan tadi?”. Jui tersenyum licik, berjalan cepat dibelakang Rame.
“bagus gundul mu!”. Rame mempercepat langkahnya.
“hei Rame tan, kau mau kemana? Jalan pulang
“aku gak mau pulang sekarang! Kamu pulang aja duluan”. Jawab Rame cemberut.
“eh, tapi menurut ku sebaiknya kita jangan lewat jalan sini…”. Kata Jui cemas.
“aku
“Rame tan, jalan menuju gang itu keliatan suram dan kotor bgt, lebih baik kita lewat jalan lain saja”.
Rame menghentikan langkahnya. “kamu berisik bgt sih! Ini satu2nya jalan pintas menuju Game center”.
“gak biasanya kamu ke game center lewat gang sini?”. Tanya Jui heran.
“soalnya aku udah gak sabar lagi pengen maen Game Tinju buat mukulin wajah lo yg bikin enek itu! Menyebalkan sekali tdk bisa memukulmu sampai babak belur di dunia nyata tau!!”. Teriak Rame kesal.
“ano~. bagaimana kalau sasaran tinju mu itu kamu salurkan pada tamu-tamu kita ini”. Kata Jui.
“he?”. Saat Rame membalikkan tubuhnya terlihat
“lagi kesal karna diputus cow’ ya?kenapa gak sama kita-kita aja”.
Kata salah seorang dari mereka terkikik geli.
“iya, kita2 masih jomblo lo!”.
“maap ye bang, aye Cuma mau numpang lewat doang kok!”. Jawab Rame sedikit takut.
“eit! Mau kemana, belum kenalan kok buru2 pergi sih”. Salah satu diantara mereka mencolek dagu Rame..
“tadi kau sudah ku peringatkan jangan lewat sini
“gak usah berlagak jadi pahlawan kesiangan deh lo!”. Rame mencoba menyembunyikan rasa panik dan ketakutannya.
“kenapa manis, kau tdk perlu takut pada kami, kami siap kok ndengerin semua curhat kamu”. Ke
Rame berjalan mundur perlahan. “pergi kaliyan!” seru Rame.
“kamu kalau marah makin cantik deh!”. Seorang dari mereka mencubit pipi Rame. Mereka berlima terus mendesak Rame hingga Rame merasa terpojok.
“bagaimana Rame tan? Apa kau perlu kekuatan seorang Dewa cinta mu ini?”. Jui tersenyum menyeringai.
Rame tak menjawab, dia terlihat ketakutan, berusaha menghindari berandalan2 yg kini mulai mengepungnya.
“tenang gadis manis, kami Cuma ingin mengajakmu bersenang-senang sebentar dan melupakan semua kesedihan mu”.
“hentikan!berhenti kataku!!!”. Teriak Rame.
Mereka bertiga malah makin tertawa buas.
Jui baru saja menyiapkan kuda-kudanya hendak memukul salah satu pemuda yg sudah berhasil meraih tangan kanan Rame, ketika tiba-tiba sebuah bola sepak melesat dg cepat dan dengan keras menghantam kepala pemuda yg di incar Jui tadi. Pemuda itu langsung jatuh terkapar kesakitan.
“kurang ajar! Siapa itu!!”. Teriak yg lain.
“Huh! Dasar pengecut, beraninya cuma sama cewek…”. Tampak seorang pemuda berjalan mendekat, wajahnya tdk begitu jelas tertutup awanyg mendung.
“jangan berlagak hebat kau ya! Ayo kesini dan hadapi kami berlima!!”. Seorang dari berandalan itu memukul bola sepak tadi sampai kempes.
Dibawah sinar remang-remang yg dihasilkan dari satu2nya lampu kecil penerang jalan di gang itu, Perlahan Rame mulai bisa melihat perawakan pemuda itu. Tubuhnya yg tinggi kurus dan mengenakan seragam SMU yg sama dengannya, rambut lurus sebahu dengan senyum misterius dan wajah tampan luar biasa.
“ Giru?!”. Seru Rame tak mempercayai penglihatannya.
“ wah, drama Super Hero Jui terpaksa harus di tunda dulu ni”. Jui mendesah kecewamundung di pojokan.
“aku sama sekali tidak takut dg cecunguk2 kelas teri macam kaliyan”. Tantang Giru.
“Cih!kurang ajar kau! Ayo habisi dia!!”.
Satu persatu berandalan itu menyerang Giru, dan Giru dengan sigap menghindar dan balik memukul mereka dg tangan kosong.
“Giru memang hebat! Pantas saja dia bisa jadi juara karate tingkat SMU”. Rame memandang Giru penuh rasa kagum.
“alah, cuma segitu aja…”. Jui mencibir kearah Giru, menikmati wortelnya sambil menonton aksi Giru menghajar para berandalan2 itu.
“sekarang beres sudah!”. Giru memandang kelima lawannya yg terbaring merintih kesakitan, dia pun berbalik mendekati Rame.
“Wuih! Super Giru keren! Aku makin cinta pada mu!”. Teriak Jui seakan menggambarkan wajah Rame yg berseri-seri memandang ke arah Giru.
“hei! Kamu gak pa2
“I,iya aku gak pa2 kok! Terima kasih banyak”. Jawab Rame berbinar.
“sekarang cepat pulang, dan jangan suka keluyuran sendiri”.
“Giru…”. Rame ragu2 untuk melanjutkan kata-katanya.
Tanpa Giru sadari, seorang dari berandalan yg tadi terjatuh dibelakangnya berhasil berdiri dan berjalan mendekat kearahnya
“apa? Aku capek ni mau pulang”. Jawab Giru acuh.
“Giru! Awas di belakang mu!!”. Teriak Rame.
Tanpa di duga tiba2 pemuda yg berada dibelakang Giru itu mengeluarkan pisau lipat dari balik saku celananya.
“Hah!”. Giru tak sempat menghindar, gerakan tangan pemuda itu begitu cepat. Beberapa detik kemudian mengalir darah segar dari perut Giru.
“GIRUUU!!!”. Rame berteriak histeris.
Mengetahui berhasil melukai Giru, wajah pemuda itu langsung panik, dia berjalan mundur mendekati teman-temannya yg masih merintih kesakitan.
“ce,cepat kabur!!”. Teriaknya berlari dandiikuti ke empat temannya yg ikut kabur menyusul dibelakangnya.
“Giru, giru…sadarlah!”. Rame tak hentinya menangis, dipandanginya Giru yg sudah tak sadarkan diri.
“Oow…”. Jui kaget melihat kejadian didepannya yg berlangsung dg cepat hingga dia tak sempat melihat kapan berandalan tadi menarik pisau lipat dari saku celananya.
“Jui! Kau benar-benar sudah keterlaluan!!!”. Teriak Rame marah.
“kau sengaja melakukan ini semua
Jui hanya terdiam memandang bulu sayap hitamnya yg berjatuhan disekelilingnya.
###
“apa yg sudah kau berbuat pada Giru, dasar cewek sialan!”. Mika hampir saja menampar pipi Rame ketika Shun tiba-tiba mencengkeram tangan Mika dg kuat.
“ lepaskan Shun!”. Teriak Mika melepaskan diri dari genggaman kuat Shun.
“kau tidak berhak melukai Rame, Mika!”. Kata Shun tegas.
“kau ini buta ya Shun?! jelas-jelas Rame ini adalah pembawa sial bagi Giru, gara2 menyelamatkan nyawa cewek gak guna ini, Giru jadi terluka parah!”.
“aku…,aku sama sekali gak nyangka kalau akan begini jadinya…”. Rame terisak tak kuasa menahan air matanya.
“lo tu gak pernah puas-puasnya ya mengganggu kehidupan Giru!”. Tero ikut-ikutan menumpahkan rasa kesalnya pada Rame.
“kaliyan tidak bisa langsung begitu saja menyalahkan Rame, yg melukai Giru
“tapi kalau Giru gak nolongin cewek sial itu, semua ini jg gak bakalan terjadi
“benar! Setiap ada Rame, Giru pasti kena musibah, aku yakin Rame memang sudah merencanakan semua ini untuk menyingkirkan Giru…”. Seru Tero dg sengit.
“aku tau kau sangat menyukai Giru! kau pasti sangat kesal karna selama ini Giru tdk pernah memperhatikan mu…karna itulah kau membuat semua kesialan ini untuk balas dendam pada Giru sampai akhirnya Giru minta maaf dg merengek rengek padamu…,itu
“oh, sungguh picik sekali cara mu itu! Dan setelah melihat Giru terluka kau sekarang merasa puas! Iya? Benar begitu
Rame tak menyahut, dia terus menangis mukanya tertunduk pasrah
“Hentikan Mika!”. Shun menarik Rame merangkulnya menghindar dari Mika.
“kenapa kau selalu saja membela Rame,Shun? dia tdk perlu dikasihani!”. Seru Tero.
“kaliyan semua memang keterlaluan! Kalau memang Rame ingin menyakiti Giru, buat apa dia menolong dan membawa Giru sampai ke rumah sakit ini lalu menelpon kita semua untuk ke rumah sakit!”. Shun mulai marah sekarang.
“kalau memang benar semua tuduhan kaliyan itu, Bukankah lebih simple kalau Rame langsung meninggalkan atau menyembunyikan saja Giru disuatu tempat tanpa ada orang yg tau membiarkannya sampai Giru mati!”. Shun mendekap Rame dg lembut mencoba membuat nya tenang.
Tero, Mika dan teman-temannya terdiam tak ada yg menyahut.
“harusnya kaliyan berterima kasih pada Rame dan jangan buat keributan di rumah sakit kalau kaliyan tak ingin buat keadaan Giru makin parah!”. Shun mengantar Rame keluar rumah sakit.
“Rame tan ,lebih baik sekarang kau ku antar pulang”. Kata Shun sambil menyodorkan sapu tangan pada Rame.
“trimakasih, tapi gak usah Shun, aku bisa pulang sendiri”. Rame menyeka air matanya dg saputangan Shun.
“ semua ini gak ada sangkut pautnya dengan mu Rame …, jangan pedulikan semua perkataan mereka, aku percaya padamu Rame tan”. Shun menatap Rame dg iba.
“Shun, kau baik sekali, tapi maaf saat ini kau sedang ingin sendirian…,biarkan aku pulang sendiri”.
“Ok! kalau memang itu bisa membuatmu lebih baik…trimakasih sudah menolong Giru…”.
“Huum, trimaksih Shun”.
“ya, hati-hati Rame tan…,kalau ada apa2 kau bisa menghubungi ku”.
Rame menggangguk pelan lalu berjalan meninggalkan Shun yg terus memandanginya sampai Rame takterlihat lagi dari pandangannya.
“ano~..,apa kau baik-baik saja Rame tan?”. Tanya Jui menyapa Rame,dia duduk menunggu dibangku taman
“oh, kukira kau sebentar lagi akan mendapat penghargaan besar karna sudah berhasil melaksanakan tugas mu dg baik!”. Rame memandang Jui dg sengit.
“bagaimana keadaan cowok mu itu,eh?…”. Tanya Jui santai.
Rame mendekati Jui, memandangnnya dg penuh amarah yg meledak-ledak.
“sekarang sudah puas kau?! Ini
“tega sekali kau menyiksa ku seperti ini…Kenapa kau tdk membunuh ku saja sekaliyan! Kenapa?!!”. Air mata Rame makin deras membasahi kedua pipinya.
“Rame tan, aku tau bagaimana perasaanmu…”. Jui bangkit mendekatinya.
“apa katamu? sejak kapan kau punya hati! kau bahkan tdk pernah tau bagaimana rasanya mencintai seseorang dan bagaimana sakitnya saat orang yg kit sayangi terluka…yg ada didirimu hanyalah perasaan iblis!”. Wajah Rame tegang menahan marah.
“sekarang kau bunuh saja aku! Agar tak ada lagi orang yg terluka karna ku!”.
“itu tidak akan bisa…”. Jui berkata lirih.
“kenapa? Kau takut hah! Katanya kau Dewa sial cinta yg hebat, kenapa hanya membunuh satu gadis lemah seperti ku saja tdk bisa!!”.
Jui memalingkan mukanya, dari tatapan tajam Rame.
“Jui! Kenapa kau diam saja! Jawab pertanyaan ku!!”. Rame mendorong tubuh Jui hingga dia mundur beberapa centi, tp Jui tak bergeming dia tetap mengacuhkan Rame dan diam membisu.
“kau benar-benar menyebalkan! Aku benci pada mu!!”. Teriak Rame yg langsung berlari pergi meninggalkan Jui.
Jui menengadahkan mukanya memandang langit malam yg indah berhiaskan ribuan bintang. Angin malam yg berhembus perlahan menyapu bulu-bulu sayap hitamnya yg makin banyak berguguran.
_TBC_